بسم الله الرØمن الرØيم
Rasulullah saw bersabda, Tahukah kalian siapa manusia yang paling cerdas dan paling bijak? Orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat mati, sedangkan orang yang paling bijak adalah yang paling banyak mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Para sahabat lalu bertanya, Wahai Rasulullah, apa tanda-tandanya? Nabi menjawab, mengingat dunia penuh tipu daya maka kembalilah ke kehidupan akhirat.
Pesan hadist mulia itu, mengingatkan setiap mukmin yang berakal dan meyakini kematian pasti akan menimpanya, maka lebih banyak mengingat mati dan senantiasa bersiap diri untuk menghadapinya. Ia harus selalu siap sedia dan menunggu penuh khawatir dengan memperbaharui tobatnya setiap saat.
Senantiasa mengoreksi diri (muhasabah), membebaskan diri maupun kekayaannya dari harta-harta yang diperoleh secara zalim, melunasi utang dan menulis wasiat. Jangan sampai ia melalaikan perkara yang meyakinkan dan berlaku umum bagi seluruh manusia yang pasti datang seperti gelas yang harus siap diminum.
Rasulullah saw bersabda, Perbanyak mengingat penghancur kenikmatan (kematian) (HR, at-Tarmidzi, an-Nasa'i dan Ibnu Majah)
Dalam riwayat lain, beliau saw bersabda, Perbanyaklah mengingat kematian, jika kalian mengingatnya dalam keadaan lapang, maka ia mencemaskan kalian, sedang jika ia kalian mengingatnya dalam keadaan susah, maka ia akan melapangkan kalian.(HR, Ibnu Mubarak).
Luqman Hakim as berpesan kepada anaknya, Anakku, janganlah tunda tobat hingga besok, sebab kematian mendatangi secara tiba-tiba.
Tidak berhak seseorang yang memiliki harta untuk berdiam dua malam di rumahnya kecuali wasiatnya ditulis disisi nya. Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dihadapan Allah dan timbanganlah amal kebajikan kalian sebelum ditimbang Nya. (HR, Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu, seolah-olah engkau mati besok hari.
Oleh karenanya, hendaknya setiap orang mukmin yang berakal, berusaha keras untuk membebaskan dirinya dari segala tanggungan yang melekat padanya sebelum mati, mulai dari dosa, kezaliman-kezaliman dan utang. Jika tidak maka ia pasti akan ditagih, dihukum dan disiksa kelak dalam kubur ketika seluruh daya dan kekuatannya telah hilang. Ketika segala tipu muslihat tidak ada gunanya, ketika keluarga dan tetangga meninggalkannya dan ketika hartanya dijadikan rebutan oleh musuh dan keluarganya.
Saat itu tidak ada yang bisa menyelematkannya dari segala konsekuensi tersebut kecuali ia melunasi segala utangnya didunia, meminta kehalalannya orang-orang yang telah dizaliminya dan bertaubat atas segala dosa dan kesalahannya atau Allah swt kasihan kepadanya kelak diakhirat karena telah memberi kompensasi kepada orang-orang yang bersengketa.
Diriwayatkan dari Samura bin Jundab ra, bahwa ia menuturkan, Kami pernah sholat jenazah bersama Rasulullah saw. Selesai sholat, beliau saw bertanya, apakah disini ada salah seorang keluarga si Fulan? Seorang laki-laki menjawab, Aku. Rasulullah saw kemudian berkata, Si Fulan ini tertawaan oleh utangnya. Samura lalu bercerita, Aku lihat keluarga Si Fulan dan orang-orang yang menyayanginya patungan melunasi utangnya hingga tidak ada seorang pun menagihnya kembali. Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, Si Fulan ini tertahan di pintu surga tersangkut utang yang belum dilunasinya. (HR Ahmad).
Hadist senada, diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib ra, bahwa ia menuturkan, seorang laki-laki dari ahli shuffah meninggal dunia, lalu Rasulullah saw dikabari ihwal dari orang itu, Wahai Rasulullah, lelaki ini meninggalkan uang satu dinar dan satu dirham merupakan utangnya. Beliau saw menolak mensholatinya sambil bersabda, Inilah dua besi yang dipanaskan dengan api neraka (kayyatan). Kalian saja yang mensholat rekan kalian. (HR, Ahmad).
Dalam hadist lain, Rasulullah saw menghadiri sholat jenazah seorang lelaki dari kalangan Anshar. Sebelum sholat beliau bertanya, Apa ia punya utang? dijawab Ya, beliau saw pun balik rumah. Ali bin Abi Thalib tiba-tiba berseru, Aku yang menjamin utangnya. Rasulullah saw pun datang lagi, lalu ikut mensholatinya. Kemudian beliau saw bersabda, Wahai Ali, Allah swt akan membebaskanmu, sebagaimana engkau membebaskan saudaramu yang beriman dari utangnya. Barangsiapa membebaskan orang lain dari tanggungan utangnya, maka Allah Swt akan membebaskannya kelak di hari akhirat. (HR, Ibnu Asakir).
Rasulullah saw juga bersabda, Pada hari Kiamat nanti, semua hak sungguh akan ditunaikan kepada pemiliknya, bahkan akan diambillah untuk kambing yang tidak bertanduk dari kambing yang bertanduk (HR, Muslim).
Dalam riwayat lain beliau saw bersabda, Jauhilah perbuatan zalim, sebab ia akan menjadi kegelapan di hari Kiamat. Jauhilah perbuatan keji, sebab Allah tidak menyukai perbuatan keji. Jauhilah sifat kikir, sesungguhnya kekikiranlah yang membinasakan orang-orang sebelum kalian. Karena kekikiran itu akan mendorong memutuskan hubungan, lalu mereka memutuskannya. Kemudian, ia menyuruh mereka berbuat zalim, lalu mereka berbuat zalim. (HR, Ahmad, al-Hakim dan ad-Darimi).
Semoga, kita tergolong orang CERDAS yang selalu ingat mati, dan senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Semoga bermanfaat dan berkah.
Sumber :
Syaikh Abdul Kadir Jailani ra, dalam Kitab Amalan Harian Setiap Muslim, Meraih Keutamaan Menggapai Keberkahan, Khatulistiwa Press, Jakarta, 2015.